apa yang kau bayangkan sepagi ini dengan sepiring nasi kuning di depan matamu? tatapmu datar. kepalamu mengawang. bibirmu mengatup tak bergetar. kau seperti gambaran manusia tanpa gairah.
ada yang melintas padamu. tepat saat kausuapi dirimu dengan nasi kuning bertelur rebus dan bersambal cukup pedas. juga kerupuk yang paling menarik perhatian.
kau bayangkan sebuah kota yang lama tak kau jamah gedung-gedungnya. jalan-jalannya. kilang-kilangnya. kapal-kapalnya. hutan-hutannya. juga manusia yang mata dan hatimu kenali.
kau tahu sebuah kata telah menetap lama pada hatimu sejak tak ada lagi perihal kota dan tetek bengeknya yang bisa kau temui. pikiranmu; sekali lagi hanya mampu berimaji.
angkot warna-warni, patung beruang madu, pohon-pohon rindang. ia lebih dari itu. ia adalah rumah. ia adalah perasaan. ia adalah kotak penuh kenangan. juga masa kecil yang belum terbebani dunia.
pikiranmu; sekali lagi hanya mampu berimaji. kau lihat kembali kota yang kau anggap rumah. ia menjelma sesuatu yang asing. gedungnya, jalannya, hutannya, dan manusianya.
tak ada yang kau kenali selain dirimu sendiri. kini kau diinjak-injak realita. anganmu terbang. mimpimu jauh mengabur. harapmu kian lebur.
tapi kau dihadapkan mimpi yang lain. angan yang lain. harap yang lain. juga rumah yang lain. kau menemukan dirimu yang sebenar-benarnya. sejujur-jujurnya.
di sini; kota di mana kau sedang menyuapi dirimu dengan nasi kuning bertelur rebus dan bersambal cukup pedas.